Selasa, 12 Februari 2013
Cerpen : Malam Valentine
Oleh Jessica
Ayundinita N.
Ini malam valentine.
Seperti malam sebelumnya, tetapi kali ini Ginny merasakan sesuatu ada yang
kurang malam ini. Biasanya Ginny merayakan malam valentine di bukit yang tinggi
di bawah pohon yang besar sekali, agar dapat memandang langit yang begitu indahnya
bersama Dion. Tapi, Ginny merasa Dion tidak ada di sampingnya untuk melewatkan
malam valentine kali ini. Ginny memandang ke langit biru. Ginny melihat banyak
sekali bintang yang berkelep-kelip, menatap ke arahnya. Tiba-tiba saja, ada
seseorang yang datang dari belakang Ginny.
“Ayo, tebak aku
siapa?” sebuah suara yang lembut yang berbisik di belakangnya. Dan Ginny
langsung tahu itu suara siapa.
“Ehm, ini pasti
Dion!” kini wajah Dion sekarang ada di hadapannya. Dion tersenyum kecil seperti
biasanya di berikan kepada Ginny.
“Kamu kenapa
sih, kok datangnya telat? Dari tadi aku di sini nungguin kamu tahu…!” kata
Ginny
“Ya maaf deh, soalnya
tadi ada urusan yang nggak bisa di tinggalin. Jadi, jangan marah dong.” Sambil
memohon kepada Ginny agar mau memaafkan kesalahannya.
“Iya....iya, aku udah
maafin kamu kok! “Lagipula malam ini, kan, malam valentine. Jadi aku nggak
akan marah sama kamu, cuma gara-gara hal sepele kayak begini. Yang penting
kamu, kan, sekarang udah dateng.” Suaranya yang lembut dan sabar membuat
hati Dion jadi semakin sayang sama Ginny.
Kamu beneran nggak
marah, kan?” tanya Dion kepada Ginny. Dan Ginny mengangguk sebagai tanda
bahwa itu adalah jawabannya.
“Oohh, iya....aku
sampai lupa.” Dion ingin mengambil sesuatu di dalam kantong jasnya.
“Ginny
sekarang, aku mau kamu tutup mata kamu sekarang juga. Karena aku punya kejutan
buat kamu.” Kata Dion.
Dan Ginny langsung
menutup matanya, karena dia penasaran sekali apa kira-kira kejutan yang akan di
berikan kepadanya. Setelah memastikan Ginny telah menutup matanya, Dion
langsung menyodorkan sebuah kotak kecil dari genggaman tangannya.
“Sekarang kamu buka
mata kamu!” sambil membuka kedua matanya. Ginny melihat ada sebuah kotak kecil
yang berada di depannya.
“Ini isinya apaan
Dion?” kata Ginny sambil penasaran apa isinya.
“Kamu buka aja
sendiri!” kata Dion.
“Cincin? Maksudnya
apaan nih?” tanya penasaran.
“Hari ini, di sini,
menit ini, dan detik ini juga aku ingin menjadikan kamu sebagai tunangan aku.”
kata Dion sambil menjelaskan maksud dia memberikan cincin itu.
Saat itu hati Ginny
sangat berbunga-bunga mendengar kata-kata yang baru saja terdengar di
telinganya yang di ucapkan oleh Dion.
Kemudian cincin itu
di pakaikan di jari manis tangan kanan Ginny.
Kemudian mereka
berdua pulang. Sesampainya di depan rumah Ginny, Ginny keluar dari mobil Dion.
“Kamu nggak mampir
dulu?”
“Nggak usah deh,
makasih lain kali aja. Kan sudah malam, lagipula kayaknya kamu sudah
ngantuk banget deh. Kalau begitu aku duluan ya. Good night!”
“Good night.” Sambil
melambaikan tangan dan tersenyum kepadanya kemudian meninggalkan nya dan pergi.
Begitu pula Ginny
langsung masuk ke dalam rumahnya. Dia melihat mamanya sedang duduk menunggu
Ginny. Kemudian ginny duduk di sebelah mamanya dan menceritakan kepada
mamanya kejadian hari ini. Setelah itu dia menunjukkan tangan kanannya yang
telah di beri cincin dari Dion. Dan kelihatannya mamanya juga senang mendengar
kabar dari anaknya.
Setelah itu dia masuk
ke dalam kamarnya dan memandang langit-langit atap kamarnya yang berwarna biru
muda, kemudian tersenyum kemudian memandang tangan kanannya kembali.
Tiba-tiba saja ada
yang menepuk punggung Ginny dari belakang dan itu membuatnya kaget. Kemudian
Ginny langsung berbalik ke arah belakang dan yang mengagetkan Ginny ternyata
Vinie. Vinie adalah adik perempuan Ginny.
“Kakak kenapa sih kok
senyum terus kayak orang gila?” sambil memandang Kakaknya yang tampak aneh.
“Kak Ginny nggak lagi
sakit, kan?” sambil memegang kening Kakaknya untuk memastikan kalau
Kakaknya tidak apa-apa.
“Apaan sih! Kakak
lagi nggak sakit tahu!” sambil melepaskan tangan Vinie dari keningnya.
“Terus kenapa Kak
Ginny senyum-senyum terus?” tanya Vinie.
“Hari ini Kakak sudah
resmi jadi tunangannya Dion.” Sambil menunjukkan tangan kanannya yang terdapat
cincin.
“Wow, kalau begitu
selamat ya Kak!” sambil memeluk Kakaknya. Kemudian di lepaskannya.
“Kalau begitu Kakak
harus mentraktir aku makan sama nonton ya, Kak!”
“Oke deh bos.” sambil
mengangkat tangan kanannya dan hormat kayak waktu dia lagi upacara. Kemudian dia
melihat hormat kayak waktu dia lagi upacara. Kemudian dia melihat tangan
kanannya lagi dan tersenyum kecil ketika mengingat kembali kejadian di bukit.
Malam valentine kali
ini menurut Ginny sangatlah spesial dan Ginny nggak akan pernah melupakan
kejadian yang baru saja ia rasakan untuk pertama kalinya.
Setiap kali menjelang
malam valentine, Ginny ingin merayakan malam valentinenya di tempat itu bersama
tunangannya, Dion.
_ The End _
0 komentar:
Posting Komentar