Senin, 04 Juni 2012

ROKOK VS DIRI

Oleh Dita Puspitasari


Fadli, murid kelas IX yang terkenal lumayan nakal juga. Remaja putra yang memiliki postur tubuh yang tinggi, dada bidang dan kepala botak. Bersyukur warna kulitnya putih. Sudah tiga tahun lamanya Fadli bersahabat dengan rokok, si pembunuh masa depan. Semua teman-temannya sudah meminta ia untuk berhenti, tapi apa gunanya? Fadli tetap mengisap si pembunuh itu sampai dua belas batang per minggu. Awal Fadli nmencoba utuk mengisap sebuah rokok saat dia kelas 6 SD. Biasa, dari mulai coba-coba. Taunya sampai sekarang jadi ketagihan.

Suatu hari, Fadli, Rini, Bagas, dan Nadir ada kerja kelompok di rumah Tara. Tara adalah remaja putri yang sangat manis karena lesung pipitnya itu. Dikarenakan ke rumah Tara tadak ada angkutan umum sama sekali, sehingga Rini dan Nadir harus di jemput oleh Fadli dan Bagas. Mereka memang bersahabat dengan baik dan solideritasnya tinggi. Bagas sudah mengetahui bahwa Fadli adalah perokok aktif. Bagas sudah meminta dan memohon beberapakali kepada Fadli agar berhenti merokok atau mengurangi konsumsi rokoknya. Tapi itu semua sia-sia. Lalu, pada saat Rini menunggu Nadir datang ke tempat janjian. Fadli dan Bagas datang terlebih dahulu dengan membawa dua motor. Dan apakah yang Rini lihat disana? Rini melihat, Bagas mengapit sebatang rokok ditangannya, sama seperti Fadli. Untungnya, Nadir datang. Melihat hal itu Nadir langsung beroktak kepada mereka berdua dan memaksa mereka untuk membuang rokok yang sedang mereka hisap.

Diperjalanan menuju ke rumah Tara, Rini dibonceng oleh Bagas.
“Gaassss, kamu kenapa sih? Ko malah ngerokok juga? Kamu ga sayang sama diri kamu?” tanya Rini.
“Bukan gitu Rin, aku stress. Aku butuh hiburan, lagian keadaan yang maksa aku supaya ngerokok. Kamu tau kan di rumah aku kaya gimana? Ibu aku tuh kaya lebih mentingin si ade, aku didiemin terus”
“Iya sih tau aku juga, lagian adik kamu masih kecil kan?” tanya Rini.
“Emmmmm, tau ah. Tapi Rin, jangan bilang siapa-siapa ya”

Setelah kejadian itu yang tau bahwa Bagas merupakan perokok hanya Rini dan Nadir. Pukul 12.00 Fadli dan Bagas pulang terlebih dahulu. Saat makan siang dengan tidak sengaja Nadir berkata,
“Untung Bagas sama Fadli ngerokoknya pas jalannya lagi sepi, coba kalo engga? Gamau lah dibonceng mereka” upsss, sepertinya Nadir salah ngomong.
“Apa kata kamu? Fadli ngerokok?” tanya Tara serius. Mendengar pertanyaan Tara, Nadir sadar bahwa dirinya telah keceplosan.
“Iyaaa iyaaaa, semua itu benar. Tapi, sut. Hanya kita bertiga yang tau” potong Rini.

Berbulan-bulan setelah kejadian itu, mereka masaih saja bersahabat dengan rokok. Tapi sepertinya Fadli sudah mulai berubah. Tara terus mendorongnya agas berhenti merokok. Suatu hari, Fadli mengatakan perasaannya kepada Tara.
“Aku akan berhenti merokok mulai detik ini karena kamu, demi kamu Tar” ucap Fadli
“Iya, buktiin itu semua Dli. Gue percaya sama lo” ucap Tara.
Dan akhirnya Tara menerima Fadli, itu pun demi hidup Fadli. Fadli bisa berhenti merokok karena demi cintanya kepada Tara.

Tiga bulan kemudian, mereka berdua usai. Entah apa yang menyebabkan mereka bisa seperti itu. Dan karena Fadli berhenti merokok demi Tara, sekarang dia merokok lagi. mau gimana lagi? Fadli niat berhenti merokoknya karena Tara kan? Sekarang, bagian Rini yang beraksi untuk meyakinkan Fadli bahwa rokok itu adalah musuh.
“Dli, kamu tu orangnya baik. Kenapa kamu ngerokok lagi?”tanya Rini.
“Rin, aku tuh salah. Dulu, aku berhenti merokok demi seseorang. Dan sekarang, karena orang itu udah hilang dari kehidupan diri aku maka alasan untuk berhenti merokok pun hilang”
“Harusnya kamu ga gitu waktu dulu Dli”
“Iya tau, aku tau Rin. Aku emang salah. Tapi sekarang gimana lagi aku udah ketergantungan banget. Aku ga bisa ngontrol emosi sama nafsu aku untuk merokok”
“Orang tua kamu tau bahwa kamu ngerokok?” tanya Rini pelan-pelan.
“Engga lah, kalo tau aku udah mati kali”

Tapi sayangnya, beberapa lama setelah kejadian itu orang tua Fadli mengetahui bahwa anak laki-lakinya itu sudah merokok. Parahnya, kedua orang tuanya mengizinkan Fadli untuk merokok. Rini tau kabar itu dari Bagas, tapi syukurnya sekarang Bagas sudah berhenti menjadi sang pengisap rokok, karena Bagas takut kedua orang tuanya tahu. Minggu lalu saja Bagas baru saja di periksa paru-parunya, syukurnya paru-parunya masih dibilang bagus.

Empat taun sudah Fadli mengisap rokok. Wajahnya yang putih sudah mulai terlihat bercak hitam dan berjerawat. Terkadang Fadli merasakan sesak di dadanya. Entah karena apa, tapi dia fikir mungkin karena rokok. Nasibnya malang, sebenarnya dia ingin dapat nasihat dari Tara agar tidak merokok lagi. tapi sepertinya, Tara sudah berbeda, Tara semakin ga peduli terhadap apa yang sekarang terjadi kepada Fadli. Rasa sesak yang Fadli alami semakin berat. Akhirnya, Fadli di rawat di rumah sakit. Menurut informasi dari dokter jantung Fadli mulai melemah. Semua sahabat Fadli menjenguk Fadli di rumah sakit. Tara juga datang.

Semua bersiap untuk puang dari rumah sakit, tapi Tara menghampiri Fadli, dan berkata.
“Dli, mulai sekarang kamu harus berhenti ngerokok. Bukan demi aku, tapi demi semua. Demi kesehatan kamu juga” setelah Tara mengucapkan itu, dia pun pergi keluar kamar inap dan pulang.
Di dalam lamunan Fadli, ai sungguh beruntung karena masih bisa mendapatkan nasihat dari Tara. Mulai detik itu Fadli berjanji untuk tidak merokok lagi, bukan karena Tara. Tapi karena dirinya sendiri.
Tamat.

PROFIL PENULIS
Nama : Dita Puspitasari
Alamat rumah : Perum Sarijadi Blok 13 No 13 RW 08 RT 02 Kecamatan Sukasari, 40151 Bandung
TTL : Bandung, 30 Januari 1997
Sekolah : SMPN 12 Bandung
Kelas : 9c
Email : dita.puspitasari_12@yahoo.com (fb dan y!m), ditaeyang00@yahoo.co.id

sumber : http://www.lokerseni.web.id

0 komentar:

Posting Komentar